Kawasan Wisata Goa Kreo
Goa Kreo Semarang merupakan sebuah goa yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati untuk membangun Mesjid Agung Demak . Ketika itu menurut legenda Sunan Kalijaga bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut. Kata “Kreo” berasal dari kata Mangreho yang berarti peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu.
Untuk mencapai mulut Goa, pengunjung harus melewati anak tangga yang cukup banyak dan curam. Disebelah Utara Goa Kreo terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau panjang. Selain menikmati pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk serta bercanda dengan kera penunggu kawasan ini, pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini yang sebentar lagi akan berubah menjadi waduk.
Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang ini berada di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Monyet monyet yang ada di Goa Kreo ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet yang ada di sini termasuk monyet yang cukup jinak, dan bisa bergaul dengan warga di sekitar Goa Kreo.
Di kawasan Goa Kreo Semarang ini sekarang sedang dibangun Waduk Jatibarang, yang Pembangunannya dimulai pada Oktober 2009 dengan waktu pelaksanaan selama 1.520 Hari dengan Sumber Dana dari Japan International Corporation Agency (JICA IP-534), berdasarkan data pada papan di lokasi pembangunan Waduk. Waduk Jatibarang ini berfungsi sebagai pengendali banjir di Kota Semarang, menjaga ketersediaan air minum, dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Waduk Jatibarang ini akan memiliki luas 46,56 hektar.
Untuk foto suasana terbaru goa kreo bisa dilihat di artikel Waduk Jatibarang ini. Goa kreo ini kini berada di tengah tengah waduk dan dihubungkan dengan jembatan dari tepiannya.
Dulu waktu di semarang saya pernah lewat kawasan ini, tapi sayangnya belum sempat masuk ke dalam 😀
kami sekampung mau ke semarang nih……..
.apkh t4 wisata ne sdah dbka kmbli?mhon info ea
mirip banget sama Uluwatu di Bali, full monyet 😀
nice article 🙂
sekarang sudah jadi lebih bagus katanya….hohohoho…jadi kangen maen maen kesana lagi sama temen2 sekolah….
gua nya gelap nda, dan sebentar lagi banyak area pepohonan tua yang terendam karena proyek waduk jatibarang nda…
banyak kinjeng/capung di atas permukaan air terjun goa kreo semarang heh. kinjeng dom niye
tp tempat wisata.a msh sepi
Sdh dibuka lagi, pemandangannya mantap banget, apalagi nanti kalau waduknya sdh jadi..
kemarin kesana udah ada waduknya,,,,,,
Keren.. apalagi kalau sudah terisi air penuh.. gag perlu liburan keluar negeri.. cukup explore wisata alam semarang ja gag ada habisnya
udah ada desa wisatanya juga, klo mau nginap ada juga home staynya di desawisata kandri, i sediakan juga pemandunya klo berminat hubungi muji 081326362099
untuk harga tiket masuknya berapa ya?
Ayo… rame2 ke semarang ( goa kreo ) di jamin fresh pikiran
klenong2 ning semarang ( goa kreo , kandri gunung pati ) di jamin wis ora banjir , mau angin semilir yg sejuk itu pasti di dapati di gunung pati , Ingin berjemur bagai turis ada t4 nya di semarang bawah ( Pantai marina ) , pingin yg horor2 mampir saja ke gedung lawang sewu , penasaran dengan tempo dulu silahkan ke kota lama ( kawasan gereja blenduk ) , pingin masakan yg pedes dan enak , coba saja masakan mangut ala semarang , di jamin mantap
Bisa kasih tau rutenya dari unnes??
dari unnes menuju arah rusunawa(mhsiswa bidikmisi) terus menuju pasar gngpati,,, dari psr gngpati ambil arah kalibanteng,,, wus……. 15 mnit smpe
dulu waktu ane kesana da yang menarik dari kera-keranya,,, ada kera yang lagi kawin di tangga menuju gua…. serunya semua pengunjung melihat sambil tertawa…. 🙂
jos ye ….ana monyete, waduk, air terjune
hehe..penasaran kyane jos ye..
harga tiket masuknya berapa
baguuuuus bingits tempatnya
Harga tiket ya untk skrg sktr 7 ribu per org …
Soal y mngu kmrin sy ksitu..
bagus banget lo mau?
makanan gua disawut sama tu monyet.
Pengen main ah besok minggu…kesana..he..he.
kemarin 2 hari sudah beragrowisata di teh tambi, pagi ini lanjut destinasi ke goa kreo, lets go,,,,,,,,,,,,,
thanks infonya.
Aq dulu belajar di Semarang 5 tahun. Di sana aq belajar ,mengenal dunia dg lebih luas, mencari jati diri, mengenal cinta pertama. Aku begitu jatuh cinta dg Semarang. Aku masih inget setiap moment ketika aq jalan2 di sana di setiap sisi kotanya. Aq masih punya impian ingin ke sana lagi. Suatu saat nanti dgn suamiku tercinta. Walau sekarang belum bisa ke sana. Setidaknya masih ada impian dlm hidupku untuk ke sana lagi ;( 😉
Saya baru saja kesana hari jumaat lalu sekitar tangga 11 desember 2016, saya sebenarnya separuh setuju tentang kera yang sudah jinak seperti yang dijelaskan admin diatas tapi sebagian juga masih anarkis 😀 hahahaha Monyet anarkis, saya bawa makanan pas saya buka lalu mau saya makan malah saya di kejar kera, hahaha pengalaman menarik di semarang 😀
Sebelum waduk jadi hampir semua kera jinak gan. Banyak kera jadi anarkis semenjak waduk jadi, karena makanan asli dari alam sudah tidak ada lagi, dan makanan bergantung dari pemberian pengunjung 🙂