Kerak Telor, Omletnya Betawi Zaman Belanda
Anda sering berkunjung ke Jakarta dan menikmati Kerak Telor? Ya, kerak telor adalah makanan asli daerah Jakarta (Betawi). Makanan ini terbuat dari beras ketan putih, telur ayam, ebi (udang kering yang diasinkan) yang disangrai kering ditambah bawang merah goreng, Lalu, ditaburi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, merica butiran, garam, cabai merah, kencur, jahe serta gula pasir.
Disamping itu, cara memasaknya pun cukup unik, pasalnya ketika kerak telor telah setengah matang, maka wajan pemasaknya dibalikkan dan kerak telor dibiarkan langsung terkena panas arang. Sehingga ia menjadi sedikit gosong. Alhasil, inilah yang dinamakan kerak. Soal rasa, gurih, ada manis sedikit asin dan asin menyatu yang khas menggoyang lidah.
Tentu saja, untuk menikmati kerak telor, anda tidak perlu jauh jauh pergi ke Jakarta. Pasalnya, di Kota Semarang anda bisa menyambangi Gang Pinggir Pecinan Semarang, pada malam hari. Adalah Joni (46) laki laki asli Jalan Bungur 7, RT 03/03, Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, salah satu penjual kerak telor yang berada di Kota Semarang.
Menurutnya, kerak telor dahulunya merupakan camilan bangsa Belanda yang menginginkan camilan mirip omelet mi. “Idenya diambil dari masyarakat Betawi Menteng, yang iseng mencampurkan ketan dan kelapa parut serta bumbu lain hingga akhirnya tercipta kerak telor”, ungkap pria yang tinggal di Jl Hasanudin RT 10/02 Purwosari, Semarang Utara, saat ditemui Sabtu (1 Feb 2014) malam.
Dikatakan Joni, makanan ini dihidangkan saat pesta dan hajatan besar. Menurutnya, karena masyarakat Betawi mengusung nilai kesehatan pada kerak telor racikannya, maka mie diganti dengan beras ketan. Sedangkan alkohol pada bir juga diganti dengan bahan rempah rempah untuk membuat bir pletok. “Dulu makan kerak telor paling enak sama bir pletok”, ujar suami Kuspriyatin (43).
Selain itu, lanjut dia, nilai kekuatan kerak telor ada pada beras ketan, yang membuat kerak telor bisa lengket ketika dimasak. Menurutnya, ketan dimasak dengan takaran air yang pas, terlalu sedikit maupun kebanyakan menyebabkan ketan tidak akan menempel pada wajan. “Jadi, bikin kerak telor itu susah susah gampang. Sebab, kita harus membuat keraknya. Untuk mendapatkan keraknya, ketan harus menempel”, terangnya.
Meskipun demikian, dia mengakui, selain ketan yang menjadi kekuatan pada makanan kerak telor, kekuatan lain adalah bara api yang dipakai sebagai pembakarannya. “Ya, bara api juga berpengaruh. Semakin bara apinya merah, maka kerak yang dihasilkan pun jadi lebih terlihat”, bebernya.
Lebih jauh dia menambahkan, untuk merasakan kenikmatan kerak telor buatannya, pihaknya menjual dengan harga yang bervariasi. Menurutnya, harga yang ditawarkan Rp 15 ribu per porsi bila memakai telur ayam. Sedangkan jika memakai telur bebek dihargai Rp 20 ribu per porsi. “Itu pun sudah standar dan sesuai dengan kantong pembeli. Meski tidak menentu, tiap jualan selalu mendapat kisaran Rp 500 ribu”, pungkasnya. [Wawasan, Senin 03 Februari 2014]