Blusukan Timur Jauh ke Gedung Piramid di Rowosari
Sungguh tidak terduga, jika di tengah hamparan padang di kawasan tenggara Kota Semarang ada bangunan megah. Banyak orang mengibaratkan, bangunan itu berbentuk segitiga laksana piramid di Mesir.
[Koordinat lokasi: -7.083192, 110.479280, copy paste di google maps & piramid akan terlihat, (satelit view)]
Sayangnya, gedung yang dibangun pada tahun 1990-an itu, kini terbaengkalai. Rencana awalnya. bangunan itu dibuat oleh Alm Djamin CH itu, akan digunakan kantor pemasaran pengembangan perumahan di kawasan yang dikelolanya.
“Kami sengaja mengajak peserta untuk menelusuri jejak-jejak proyek dari Tanah Mas DUAJA di kawasan Rowosari, Tembalang, di tengah bukit yang merupakan bangunan megah, bahkan paling megah kala itu. Sayang, kini terbengkalai” terang aktivis Lopen Semarang, Dimas Suryo, Selasa (18/3/14).
Dijelaskan, kegiatan “Blusukan Timur Jauh” ini sengaja mengajak peserta untuk menikmati dataran bukit terpencil, yang puncaknya terdapat bangunan piramid. Sisa kemegahan terlihat dari arsitektur, pilihan kaca maupun bentuk bangunan berlantai tiga yang unik, serta berbeda dibanding gedung gedung di masanya.
Dijelaskan, dulunya sebagai kantor pemasaran, pengelola merencanakan sebuah mega proyek, yakni membuat sebuah kota satelit. Tidak hanya membuat bangunan megah, saat itu sarana juga dibangun termasuk jalan mulus dan lebar.
“Sayangnya, sudah banyak bagian gedung hilang dicuri warga. Begitupun jalan aspal menuju bukit itu sudah rusak tertutup ilalang” imbuhnya.
Aktivis Lopen lainnya, Yohanes Khrisna bahkan menyebut Djamin CH sebagai Ir Ciputra-nya Kota Semarang. Menurutnya, gagasan dan perencanaan kota yang dibangunnya, sangat revolusioner untuk ukuran waktu itu.
“Ini adalah Ir Ciputra-nya Semarang, gagasan – gagasannya tentang perencanaan kota pada saat itu bisa dianggap revolusioner, dikala Semarang belum mempunyai perencanaan kota yang terpadu”, tukasnya.
Seorang peserta, Adam Muda mengaku bangga mengikuti blusukan ini. Pasalnya, selama ini Lopen lebih dikenal sebagai komunitas dengan agenda penelusuran sejarah kolonial di Semarang, namun kali ini sangat berbeda.
Agenda blusukan ini bahkan mengangkat kejayaan seorang tokoh Kota Semarang yang terlupakan. Begitu pula jejaknya, yang kini hanya bisa dinikmati gedungnya saja, yang sudah kusam namun masih terlihat gagah.