Dugderan – Sebuah Potret Budaya Semarang

Aku tumbuh besar dengan kebudayaan Dugder yang telukis jelas di kenanganku. Aku sangat mengerti betapa senangnya hati menjelang pasar tahunan ini digelar. Dan saat hari pembukaan tiba, ak telah ada di barisan terdepan untuk dapat berjejal masuk dalam area perayaan bersama Opa dan Oma. Semua mainan telah digelar, apik sekali. Warna warni, mata kecilku seakan tak lelah menjelajah tiap celah warnanya.

Dugderan Semarang

Ada mainan masak masakan tanah liat, ada juga kompor kecil beserta wajannya, truk pasir besar, gangsing bambu, peluit, kapal kapal yang berbunyi khas dan dapat bergerak jika di beri sedikit minyak dan api. Semua lengkap, rapi dijajakan penjualnya. Belum lagi timbangan kecil, atau mainan dari anyaman bambu, semua mainan ala dugder ada, tersedia dan siap dibeli. Tak ketinggalan Warak Ngendhog, mainan semacam binatang berkaki empat, yang bisa bertelur, karena di dalam perutnya memang sudah dimasukkan telur rebus. Dulu tak lengkap rasanya, jika pulang dari dugderan, tak juga membawa warak ngendhog.

Kata Dugder berasal dari suara bedug yang ditabuh “dug… duug” kemudian disusul dengan suara meriam yang berbunyi “Deeeer…. “, ditujukan sebagai bentuk ucapan syukur karena Puasa hampir tiba. Perayaan ini biasanya digelar sebulan menjelang awal puasa tiap tahunnya, berlokasi di Pasar Johar Semarang ( hanya 10 menit dari Tugu Muda ) yang konon dulu merupakan pusat kota, sebelum ada Simpang Lima. tahun lalu lokasi Dugderan pernah berpindah ke Masjid Agung, Kol. sugiyo atau di Polder Tawang, namun entah mengapa tak banyak pengunjung yang datang. Setelah dipindahkan lagi ke area Pasar Johar, pengunjung kembali memenuhi area dugderan.

Kemeriahan dan keramaian pengunjung masih terasa sama, pesta rakyat Semarang masih begitu menarik hati tiap orang, apalagi bagi para anak anak yang sedang libur sekolah. Mainan seperti Komedi Putar, Rumah Hantu, Ombak Asmara, Bianglala, Rollercoaster mini, atau Tong Setan ramai dikunjungi disini, tiket masuknya hanya 5000 rupiah tiap satu kali permainan. Juga dijajakan banyak baju baju dan aneka sepatu dan sandal, serta tak ketinggalan berbagai macam kembang api pilihan serta mainan modern lainnya. Namun Warak Ngendog yang menjadi simbol dari event ini malah sulit sekali dijumpai. Entah karena masyarakat sudah tak lagi tertarik, atau lupa. Sangat disayangkan memang, karena Warak Ngendog merupakan salah satu kebudayaan asli dari Semarang yang seharusnya tetap diperkenalkan kepada para generasi muda agar tetap bisa dijaga keberadaannya.

Mari ke Dugder, sambil cari dimana Warak Ngendog yang bersembunyi, kemudian bawa pulang sebagai oleh oleh. [Mysemarang.com 13 Jul 2012, Internet Archived Wayback Machine]

Prosesi dan Karnaval Dugder

Prosesi dugder ini digelar dengan dimulai di Balaikota Semarang jalan Pemuda, dilanjutkan dengan arak arakan menuju Masjid Besar Kauman dan dilanjutkan menuju Masjid Agung Jawa Tengah di Jalan Gajah.

Warag Ngendog

Tarian Dugder

Serunya dugder semarang

Para penari di dugder semarang

Dugderan balaikota semarang

Karnaval Dugder jl Pemuda

Kategori: Serba serbi .

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *