Komitmen 2 Cawalkot Dalam Dialog Budaya Dipertanyakan
Komitmen dan integritas dua calon walikota Semarang, Soemarmo dan Sigit Ibnugroho dipertanyakan. Belum juga menjadi walikota, keduanya sudah mengecewakan masyarakat dengan tidak merealisasikan apa yang sudah diucapkan terang-terangan di depan publik.
Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Dewan Kesenian Semarang (Dekase) Daniel Hakiki terkait janji Soemarmo dan Sigit menyumbang peyelenggaraan Pazaar Seni 2015. “Sampai hari ini, dua calon walikota itu belum merealisasikan sumbangan, padahal kan semua mendengar janji mereka ketika dialog budaya lalu,” katanya, Minggu (23/8).
Seperti diberitakan, tiga calon walikota Semarang diundang dalam Dialog Budaya “Membangun Bersama Kebudayaan Kota Semarang” di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Rabu 12 Agustus lalu. Di akhir dialog, Soemarmo, Sigit, dan Hendrar Prihadi (Hendi) ditagih komitmennya atas pengembangan seni budaya.
Ketua Dekase Mulyo Hadi Purnomo mengatakan, Pazaar Seni 2015 yang digagas Dekase masih kekurangan biaya penyelenggaraan. Maka ia menjajal tiga calon untuk merealisasikan komitmennya dengan menyumbang Pazaar Seni.
Calon dengan sumbangan terbanyak mendapat sebuah lukisan hasil goresan tangan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ketika pembukaan Pazaar Seni. Goresan huruf H dengan lambang cinta di atasnya itu dilanjutkan oleh pelukis Michelle dari Jakarta dan Kokoh Nugroho dari Semarang.
Soemarmo yang tampil pertama menyebutkan nominal Rp 25 juta. Soemarmo bahkan mengaku ikhlas menyumbang meski tidak memenangkan lukisan.
“Uang saya tidak banyak, saya menyumbang Rp 25 juta saja, tapi saya tidak mengambil lukisan,” katanya.
Beranjak ke Sigit Ibnugroho yang mengatakan bahwa komitmen pemimpin daerah pada kesenian tidak bisa ditunjukkan dengan uang. Namun begitu ia bersedia menyumbang Rp 50 juta. “Kalau lima puluh juta saya ada lah,” katanya.
Hendrar Prihadi yang didaulat terakhir di luar dugaan tidak menyebutkan nominal. “Saya tanya dulu ke panitia kurange piro, jangan-jangan cuma sepuluh juta,” katanya.
Mulyo Hadi kemudian mengambil sepucuk amplop dan membacakan isinya. “Ini asli ya, catatan pembiayaan Pazaar Seni masih kurang Rp 60.700.000,” ujarnya.
Mengetahui itu, Hendi langsung menyangggupi untuk menutup seluruh kekurangan itu. “Ya wes segitu, tak tutup,” kata dia. Dengan demikian Hendi dengan sumbangan terbanyak berhak membawa pulang lukisan Ganjar.
Menurut Daniel, meski pada waktu itu menyatakan nominal uang, namun sumbangan tidak direalisasikan saat itu juga. Hendi merealisasikan sumbangan sehari setelah dialog budaya, atau Kamis 13 Agustus. “Kamis sore kami menerima sumbangan Pak Hendi cash Rp 60,7 juta, ada kwitansinya,” ucapnya.
Sedangkan Soemarmo dan Sigit tidak kunjung ada kejelasan. Panitia Pazaar Seni kemudian mengirimkan surat kepada dua tokoh tersebut. Isinya menanyakan kejelasan sumbangan. “Surat pertama tidak direspon, kami kirim surat kedua. Kami butuh kejelasan karena orang-orang tahunya kami dapat sumbangan Rp 135 juta, padahal kenyataannya baru Pak Hendi yang menyumbang,” kata Ketua Paramesthi itu.
Belakangan, Sigit Ibnugroho mengirim surat balasan tertanggal 22 Agustus. Isinya menyatakan pembatalan sumbangan dengan sejumlah alasan. “Salah satu alasannya bahwa dia bukan pemenang lelang sehingga tidak wajib menyumbang. Padahal waktu itu semua orang mendengar bahwa itu bukan lelang, itu permintaan sumbangan. Kami juga mendengar Pak Sigit bilang tetap menyumbang meski tidak bawa lukisan,” ujar Daniel.
Yang ironis menurut Daniel, Soemarmo dan Sigit kalah gentle dibandingkan warga yang menghadiri dialog budaya. Mendengar Pazaar Seni kekurangan biaya, audience dialog budaya waktu itu langsung menyatakan akan saweran. “Saweran dikumpulkan saat itu juga dan menghasilkan ?uang sejumlah Rp 1.570.000,” ungkap dia.
Ketua Dekase Mulyo Hadi Purnomo menambahkan, pihaknya tidak mempermasalahkan calon yang tidak merealisasikan sumbangan. Menurutnya, masyarakat sudah bisa melihat sendiri bagaimana komitmen calon dalam pengembangan seni budaya.
“Seniman dan anak muda itu harus mandiri dan kreatif. Tak mau tergantung pada siapa pun. Tapi tolong pahami bahwa Dekase tak ada pemasukan Rp 135 juta seperti yang diisukan,” kata Mulyo.