Laseman 2015, Alon Alon Waton Ke Lasem
Dikenal juga dengan sebutan “Tiongkok Kecil”, Lasem – sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menjadi kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa pada abad 12 hingga 15. Lasem juga dikenal dengan sebutan Kota Santri, Kota Pelajar dan juga salah satu daerah penghasil terasi dan garam.
Daerah yang sudah ada sejak zaman Majapahit ini juga memiliki banyak hal menarik seperti kebudayaan, kesenian dan sejarah ala Lasem yang patut untuk diperjuangkan, dilestarikan serta diapresiasi. Dari wacana ini, muncul keinginan dari forum komunikasi masyarakat pecinta sejarah dan beberapa seniman di Jawa Tengah untuk merealisasikan suatu pagelaran kesenian yang dikolaborasikan dengan unsur-unsur ala Lasem.
Laseman merupakan pagelaran lintas genre, lintas ras dan lintas generasi bertajuk “Alon-Alon Waton Ke Lasem” yang diadakan pada 28 – 29 November 2015 di Desa Karangturi, Lasem. Menurut Nanda Goeltom, Direktur Pagelaran Laseman 2015, nama acara ini mendukung berbagai pihak untuk membuat kolaborasi seluas mungkin. “Meskipun sudah ada beberapa festival desa yang digelar di kota-kota lain, tapi konten dan landasan pemikirannya tetap berbeda. Laseman itu otentik”, imbuhnya.
Rangkaian acara yang pertama kali diadakan ini akan dibagi menjadi 3 panggung yaitu panggung Perang Lasem, Batik Tulis dan Kauman. Berbagai instalasi menarik yang digawangi oleh Imam Bucah dkk juga akan menghiasi Desa Karangturi. Designer muda Azis Wicaksono dan Anto Tantowi juga terlibat dalam seluruh ilustrasi di acara ini.
Acara akan dibuka pada hari Sabtu, (28/11) pukul 13.00 dan akan berakhir pada Minggu, (29/11/2015) pukul 17.00 WIB. Hari pertama Laseman akan diisi oleh penampilan dari band Indie Rembang seperti Gusi Ambrol, No Name, Sunday Morning, Break Out, The Master Of Wrong Man dan Jamil Wedhous. Sedangkan kesenian tradisional yang dipentaskan yaitu Barongan, Jedoran, Reyog Kendang, Tari Orek-Orek, Wayang Bengkong, serta Laesan Lasem.
Puncaknya terdapat pada malam hari dalam dialog budaya yang dibuka dengan Tari Sufi dan diiringi oleh grup musik asal Semarang, AbsurdNation. Dialog ini menghadirkan Anis Sholeh Ba’asyin – budayawan dan ulama dari Pati, Kiai Budi Harjono dari Semarang dan Sudjiwo Tedjo diseling dengan bermain saksofon yang juga akan mementaskan wayang kulit dengan tema kontemporer.
Di hari kedua, musisi dari Semarang yaitu Deven, Semarang Ska Foundation dan Lady Percussion juga akan berkesenian bersama ibaratSKAta dari Kudus, serta band Indie Rembang seperti Rasta D’Java, Coming Back, The Heroes, Saintliness, Gurami dan Schatzy. Selain itu, akan dipentaskan juga beberapa kesenian lain yaitu Wayang Kardus, Kidung Badra Santi, dan Rebana. Grup keroncong juga akan memeriahkan Laseman di hari kedua.
Menariknya, akan diadakan karnaval Batik Swiwi pada pagi hari yang melibatkan ratusan pelajar SMP – MTS serta SMA – MA di Lasem, yang rencananya akan pawai melintasi area pagelaran tersebut. Selama pawai, mereka akan diiringi oleh grup marching band dari SD Sumbergirang 1 dan MI An-Nasriyah. Para peserta pawai juga akan dikawal oleh kelompok Barongan.
Tak ketinggalan, komunitas-komunitas yang ada di Rembang juga turut mendukung Laseman seperti Stand Up Comedy, Scooter Rembang Bersatu dan Rembang Kalong King Club. Akan ada beberapa stand termasuk stand batik dan clothing Rembang yang juga turut ambil bagian di Laseman 2015 ini.
Fokus Laseman terdapat pada penyelamatan aset – aset sejarah, kritik sosial, rehabilitasi lingkungan dan rekonsiliasi kebudayaan tradisional. Diharapkan masyarakat dapat mengenal kembali, menjaga dan memberi apresiasi pada kesenian-kesenian yang ada serta berinovasi untuk Lasem yang berbudaya.
“Caranya? Yaitu dengan crowd perception. Kita datangkan banyak orang dan biarlah mereka yang menentukan opini”, kata Nanda.
Informasi seputar Laseman 2015 juga bisa diakses di www.laseman.com.