Pasar Jatingaleh
Dengan Alamat / Lokasi di Jl Teuku Umar, Pasar Jatingaleh Semarang merupakan Bangunan pasar modern seluas 1806 meter persegi dan luas efektif untuk los seluas 1000 meter ini terletak di kaki perbukitan Gombel. Bangunan ini tidak bertingkat dan menghadap ke timur. Struktur atap Pasar Jatingaleh berbentuk cendawan ditopang oleh pondasi batu kali. Kolom-kolom berjarak 6.00 meter pada bagian tengah dan 3.00 pada bagian tepi. Jarak dari lantai ke pagu pada bagian tepi ialah 3.75 meter, dan semakin besar pada bagian tengah untuk lubang angin. Seluruh bangunan pasar tertutup dengan atap datar dari pelat beton dengan pelubangan pada tempat tertentu untuk masuk sinar matahari secara tidak langsung dan sirkulasi udara.
Tipe atap Pasar Jatingaleh ini dipilih antara lain untuk burung bersarang, karena pada masa itu kawasan Jatingaleh masih belum sepadat sekarang. Alasan lain yaitu pertimbangan atas perilaku masyarakat pasar. Apabila struktur atap yang dipilih kuda-kuda misalnya, dikhawatirkan penghuni akan mengantungkan apa saja disana sehingga merusak pemandangan, kebersihan dan kerapian lingkungan. Pada dasarnya bangunan Pasar Jatingaleh ini tidak berdinding, kecuali pada ruang toko yang disewakan untuk pedagang kelontong dan kain. Bagian daging dilengkapi dengan meja marmer. Untuk masa tiga puluhan, bangunan ini dinilai sangat mewah untuk lingkungannya yang masih bersifat pedesaan, dan hal ini nampak pula pada biaya pembangunannya yang diperkirakan hampir empat kali lipat biaya pembangunan pasar yang sudah dianggap cukup memadai. Namun demikian, menurut Mr. Hoek, seorang inspektur dari Balai kota, harga konstruksi menjadi tinggi oleh karena pertimbangan teknis dan kesehatan lingkungan.
Pada awal abad yang lalu, di Gombel terdapat sebuah pos pemberhentian atau peristirahatan bagi para musafir. Pada masa sistem perangkutan darat masih tergantung pada kuda dan kereta kuda, biasanya pada pos semacam ini musafir dapat mengganti kudanya dan beristirahat sejenak. Tidak menherankan apabila pada kawasan disekitarnya berkembang kegiatan yang menunjang, yaitu perdagangan eceran dan jasa yang lain.
Berkembangnya kawasan Jatingaleh boleh jadi berkembang sebagai pemukiman karena keberadaan pos tersebut. Ir. H. Thomas Karsten ialah seorang arsitek Belanda yang pada perempat pertama abad ini membagi kota semarang menjadi kota atas dan kota bawah berdasarkan kondisi topografinya. Ia pula yang menyusun rencana pengembangan berbagai kawasan di Semarang, termasuk kawasan Candi dan seterusnya kearah selatan yang mulai diramaikan oleh perumahan. Pasar Jatingaleh merupakan pasar yang dibangun oleh de Gemeente (pemerintah kotapraja Semarang pada masa lalu) dan sebagai arsiteknya ditunjuk Karsten. Gebrakan yang dibuat oleh Karsten dengan menampilkan bentuk pasar modern yang lain daripada yang lain cukup mencengangkan masyarakat.
Pasar Jatingaleh ini bahkan dikatakan sebagai pasar yang sangat (bukan terlalu) mewah untuk masa itu. Adanya keterkaitan antara pasar ini dengan pasar johar, yang merupakan salah satu karya akbar Karsten, didukung oleh bentuk kolom dan sistem penghawaan dan pencahaayaan yang sama. Rancangan Pasar Johar yang pertama (1933) tak lain merupakan pembesaran dari pasar Jatingaleh. Rencana ini kemudian dikembangkan dalam rangka efisiensi bahan dan ruang. Maka jadilah desain Pasar Johar sebagaimana yang sekarang dapat dilihat. Dengan demikian, tak dapat disangkal lagi bahwa Pasar Jatingaleh menjadi serupa proyek rintisan. Pasar-pasar yang dibangun kemudian di Semarang diilhami oleh pasar ini. Masih sekeluarga dengan pasar ini ialah pasar randusari dan pasar bulu yang dibuat belakangan.
Sumber: www.semarang.go.id Foto By Andrew.