RijsttaFest, Mencipta Sejarah Masa Depan Indonesia – Belanda
Event RijsttaFest – Semarang 2016.
Waktu: 22 – 23 November 2016, pukul 10.00 – 22.00 WIB.
Tempat: Gedung Oudetrap & Taman Srigunting, Kawasan Kota Lama Semarang Jawa Tengah.
Sejarah adalah cara pikir. Setiap tindakan yang dilakukan baik oleh individu, kelompok, maupun satu generasi pada periode tertentu selalu berdasar pada alam pikir yang dimilikinya. Namun, “sejarah” seringkali dipahami sebagai (hanya) sebuah “knowledge data”, yang dipelajari oleh orang-orang tertentu dalam kelompok tertentu (perguruan tinggi misalnya).
Setiap pihak memiliki persepsi masing-masing dalam melihat sesuatu, yang akhirnya memunculkan reaksi (baik langsung atau laten) yang berbeda-beda. Pun pada sebuah generasi, jika kita bicara pergeseran besar yang sifatnya sistemik dan struktural.
Salah satu hal yang “belum rampung” dalam pemahaman bersama kita adalah dalam kaitannya dengan sejarah bangsa kita sendiri. Indonesia sebagai sebuah teritori dan bangsa memiliki masa lalu panjang dalam hubungannya dengan Belanda. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana kita melihat “Belanda”? Setiap generasi tentu memiliki cara pandang sendiri tentang bagaimana melihatnya.
Namun, terlepas bahwa generasi sebelum-sebelumnya (yang sekarang masih ada) melihat Belanda dengan romantismenya, sisi emosional, rasionalitas, dan pengetahuan “sejarah”, terdapat kondisi bahwa pada akhirnya kita semua perlu memahami bagaimana generasi yang akan datang melihat hubungan ini.
Di sinilah kemudian adanya aktivitas pemetaan persepsi generasi muda (generasi Y, yang sekarang berada dalam rentang umur 17-20-an) perlu kita semua mengerti untuk memproyeksikan bagaimana hubungan Indonesia dan Belanda di masa depan: masa di mana generasi yang sekarang masih muda akan menjadi kelompok utama struktur masyarakat dan pemerintahan.
Poster Event Rijsttafest Semarang 2016.
Aktivitas penelitian yang telah dilakukan pada akhirnya penting untuk diketahui bersama melalui rangkaian diseminasi. Bukan hanya sekadar menyebarkan hasil riset tersebut, justru tujuan paling utama adalah sebagai pintu masuk (entry point) menuju agenda bersama semua pihak membangun kerangka pemahaman sejarah bangsa Indonesia.
Rijsttafest diadakan sebagai sebuah kegiatan yang mencoba menggugah perhatian generasi muda pada sejarah bangsanya sendiri. Centre for Indonesia Risk Studies (CIRiS), PARA Syndicate, dan Syarikat Indonesia telah melakukan survei terhadap kelompok umur muda yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Hasil survei ini sangat menarik dalam banyak sisi yang penting. Pertama, generasi muda adalah target survei yang jarang diperhatikan secara mendalam terutama mengenai persepsi terhadap satu hal,” jelas Erwin Endaryanta, peneliti CIRiS. “Kedua, hasil pemetaan persepsi generasi muda ternyata dapat memunculkan banyak hal, seperti bagaimana mereka melihat sejarahnya sendiri dengan caranya, bagaimana kultur dari luar mempengaruhi pikiran dan tindakan, hingga pada cara mereka menjiwai nasionalisme,” tambahnya.
Sedangkan Ari Nurcahyo, peneliti PARA Syndicate, menjelaskan bagaimana fenomena hari ini mengenai sikap kelompok muda menerjemahkan nasionalisme dalam bentuk tindakan. “Melihat hasil survei, unik. Kami rasa hasil survei ini penting untuk diketahui dan didiskusikan oleh semua pihak, baik publik maupun pemerintah,” ungkapnya.
Memang, dari sekian gagasan yang justru penting untuk diketahui publik, jarang diterima dengan baik. Salah satu sebab yang paling sering terjadi adalah bagaimana penyampaian gagasan tersebut. “Oleh karena itu, kami dari Siluet mencoba merancang bentuk aktivitas yang dapat menarik perhatian dan partisipasi dari publik. Cara-cara yang dapat diterima dan memicu perhatian generasi muda adalah hal yang paling penting dalam hal ini,” ujar Abdurrahman S. Fauzi, Direktur Eksekutif Siluet Event Management, selaku pihak Event Organizer yang mengadakan Rijsttafest.
“Rijsttafest sendiri adalah rangkaian festival bertema sejarah yang rencananya dilakukan secara maraton di kota-kota besar di Indonesia. Pada pelaksanaan perdana ini, kami memilih Kota Semarang dengan tema Jalan Raya Pos,” ungkap Fauzi kemudian.
Komunitas-komunitas lokal yang berkaitan dengan dokumentasi, hobi, seni-budaya, dan sejarah terlibat secara penuh dalam pelaksanaan Rijsttafest. “Memang, konsep acaranya adalah dari komunitas, oleh komunitas, untuk masyarakat luas. komunitas-komunitas muda memiliki caranya masing-masing yang kreatif dalam berkegiatan. Itulah yang menjadi menarik dalam pelaksanaan acara bertema sejarah ini,” tambahnya lagi.
Dalam pelaksanaan Rijsttafest serial Semarang sebagai edisi perdana ini, diadakan beberapa aktivitas populer yang bertujuan menarik partisipasi kaum muda. Seperti Selfie Contest berhadiah, pembuatan wayang oleh pengunjung, expo kuliner, penampilan musik bertema lawas, dan stand up comedy. “Untuk serial Semarang ini diadakan di kawasan Kota Lama, menggunakan Gedung Oudetrap dan Taman Srigunting. Harapannya, pengunjung dapat menikmati festival bertema sejarah ini di lokasi bersejarah,” jelas Fauzi.
Rangkaian Rijsttafest sendiri didukung oleh banyak pihak. Baik dari komunitas lokal, pemerintah daerah, Kantor Staf Presiden, Kedutaan Belanda di Indonesia, dan banyak pihak lain. “Untuk serial Semarang, Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) telah memberikan dukungan bagi kita. Selain itu, komunitas lokal yang terlibat mencakup berbagai jenis kegiatan. Seperti Komunitas Lopen, Komunitas Penggiat Sejarah, Komunitas Onthel, Sketchwalk, Rail Fun, Night Carnival, Komunitas Harapan, dan Wayang Benges,” pungkasnya.
Ramaikan
mocone mumet kas.. mbok diedit sik sakdurunge diposting
Tak wenehi panadol kas…