Surau Budaya – Perbedaan Bukan Lawan
MEMAKNAI perbedaan seringkali disederhanakan dengan menunjuk orang lain sebagai lawan. Siapa yang tidak sejalan dengan kami, berarti bukan kawan. Dia adalah musuh yang harus dilawan, bila perlu dihancurkan. Maka menjadi seolah wajar ketika dua orang teman tiba-tiba berubah bermusuhan karena perbedaan cara pandang. Jangankan persoalan besar seperti calon presiden pilihan dan situasi konflik penolakan pabrik semen di Rembang, hanya beda klub bola saja bisa membuat sepasang saudara baku hantam.
Padahal, berbicara Semarang adalah berbicara perbedaan. Sejarah kota kita mengajarkan bagaimana perbedaan itu bisa begitu indah jika diakulturasikan. Di sini, budaya Jawa, Arab, Tionghoa, Melayu, dan Belanda melebur menghasilkan identitas Semarang.
Surau Budaya edisi #AkuLalaPadamu mencoba menggali bagaimanakah perbedaan itu diimplementasikan di keseharian. Acara yang digelar Ahad, 22 Juni 2014 di Leresto TungDeBlang Jalan Sultan Agung No 107 Semarang ini akan membedah buku Rahvayana karya Sujiwo Tejo. Istimewanya, Sang Pesiden Jancukers itu sendiri yang akan hadir dan berdiskusi dengan kaum muda Semarang.
Dalama cara yang tidak dipungut biaya ini, Mbah Tejo (sapaan akrab Sujiwotejo) akan mengajak audiens brainstorming tentang bagaimana kita seharusnya menerima baik buruknya dunia. Bagaimana kita agar tidak mendewakan warna putih yang sering dianggap sebagai lambang kesucian. Sebab putih memerlukan warna-warna lain dalam taman sari kehidupan dan membutuhkan gelap (rahvana) sebagai pelindung seluruh warna.
Festival Director Surau Budaya Nanda Goeltom mengatakan, pihaknya juga mengundang Pemimpin Pondok Pesantren Al Ishlah Meteseh Kiai Budi Hardjono sebagai perwakilan ulama. Juga budayawan Pati sekaligus Pemimpin Orkes Puisi Sampak Gusuran Anis Sholeh Ba’asyin.
Acara yang dimulai pukul 19.00 hingga 23.00 ini akan dihangatkan oleo penampilan Summer House Project band Lokal yang meng-cover lagu-lagu JKT48. Disambung dengan penampilan AbsurdNation, band jazz eksperimental asli Semarang yang baru saja merilis album perdananya. Asiknya, Mbah Tejo sudah berjanji akan mengolaborasikan kepiawaiannya bermain saxophone bersama AbsurdNation.
Sebagai host, duo Obin Robin dan Indra Kolangkaling yang sukses menggayengkan Surau Budaya edisi TitikBalik lalu akan kembali menyapa hadirin.
Nanda mengajak kaum muda Semarang untuk hadir dan menyemarakkan Surau Budaya edisi #AkuLalaKamu ini. Dari mahasiswa, pegiat seni budaya, peminat sastra maupun filsafat bisa belajar dan sharing bareng dengan para penyeru pluralisme seperti Sujiwotejo, Kiai Budi, dan Anis Sholeh.
“Mari belajar bersama bagaimana kita bisa menerima perbedaan itu sebagai warna warninya kehidupan, tanpa harus mempermasalahkan perbedaan. Warna hadir, sebagai jejak dari adanya usaha-usaha untuk menemukan kebenaran absolut. Koreksi tanpa intimidasi,” ujarnya.(*)
Sukses kakaak…
Nice Content.. hidup Semarang