Pesona dan Binar Lawang Sewu Masa Kini
Tak lengkap rasanya jika kami tak mengulas tempat paling populer dan bersejarah di Semarang, yang dikenal dengan nama Lawang Sewu. Konon seperti yang tercermin dari namanya, bangunan kuno dua lantai ini memiliki banyak pintu dan jendela yang menjulang tinggi, itulah sebabnya mengapa gedung peninggalan Belanda ini diberi nama Pintu Seribu.
Bangunan bergaya kolonial ini sengaja dibangun sebagai gedung Het Hoofdkantoor van de Netherlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), karena disinyalir gedung yang ada di stasiun Semarang sudah tak lagi memadai karena perkembangan jalur kereta api yang sangat pesat di kala itu. Maka Pemerintah Belanda menugaskan dua orang arsitek Amsterdam yang bernama Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag, untuk merancang suatu bangunan yang kokoh dan apik sebagai gedung kantor. Cetak biru dibuat pada tahun 1903 di Amsterdam. Namun pembangunan baru dimulai pada tanggal 27 Februari 1904, dan selesai pada tahun 1907.
Bangunan ini telah mengalami beberapa kali pengecatan ulang, tetapi bentuk asli bangunan masih tetap sama. Lawang Sewu merupakan bangunan bergaya Eropa dengan 2 lantai dan 2 kubah kembar, dahulu kubah ini digunakan untuk menyimpan cadangan air bersih sebanyak 5000 liter. Semua pintu dan jendela terbuat dari kayu jati yang masih kuat hingga sekarang. Jendela di ruang utama dihiasi oleh ornamen kaca patri yang indah, berwarna warni menambah keanggunan suasana, belum lagi jika diterpa cahaya, pendar cahayanya berbinar indah menerangi sudut sudut gelap dari tiap ruangnya. Belum lagi jika anda menilik sisi lain dari Lawang Sewu, dibagian bawah bangunan akan anda temui penjara bawah tanah milik Jepang. Tempat dimana semua tahanan dimasukan kedalam penjara berdiri atau pun penjara jongkok. Terdapat juga lorong lorong bawah tanah, tempat para tahanan disiksa dengan kejam.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Lawang Sewu digunakan sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV Diponegoro), Kantor Wilayah Kementrian Perhubungan Jawa Tengah seta yang terakhir sebagau Kantor Djawatan Kereta Api Republik Indonesia yang sekarang dikenal dengan PT Kereta Api Indonesia. Memasuki tahun 90an Lawang Sewu dibiarkan kosong, semenjak itu tak ada lagi aktivitas yang terjadi di gedung megah tersebut. Terbengkali tak terawat, tanaman liar tumbuh tak teratur, menambah kesan seram bagi para pengunjungnya.
Namun kondisi Lawang Sewu sekarang sudah cukup terawat, dindingnya di cat ulang, terdapat perbaikan disana sini, Pemkot Semarang juga telah menetapka Lawang Sewu sebagai bangunan kuni yang dilindungi dan dilestarikan. Selain itu Lawang Sewu juga sekarang biasa digunakan sebagai tempat penyelenggaraan konser, lokasi foto pre wedding ataupun tempat wisata, baik wisata dalam gedung ataupun wisata bawah tanah jika anda ingin mencoba uji nyali. Cukup dengan biaya 10.000 rupiah, namun anda harus ditemani oleh guide dari mereka dengan biaya 35.000 rupiah anda akan dapat menikmati aura kejayaan Pemerintahan Belanda yang dikemas di dalam gedung kuno yang antik dan megah. [MySemarang.com, 13 Juli 2012, Wayback Machine Archived]