Semarang Introducing Market Perkenalkan Produk Unggulan UMKM
Pemkot Semarang melalui Dinas Koperasi dan UMKM akan terus melakukan promosi demi pengembangan produk dan pengusana Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) di kota ini.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Litani Satyawati kepada Wawasan di Banjir Kanal Barat di sela even Semarang Introducing Market (SIM) 2016, Jumat (20/5). Menurutnya, event ini menjadi ajang bagi para UMKM untuk memamerkan produk-produk unggulannya.
“Tentu hanya para UMKM yang memiliki produk unggulan dan berkualitas yang kami tampung dalam event Semarang Introducing Market ini,” terangnya.
Dijelaskan, para UMKM juga sudah harus memiliki Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Terlebih izin ini sangat mudah didapatkan dan gratis serta akan lebih mudahkan para pengusaha mikro dalam pendataan dan pemberian bantuan nantinya.
Litany menambahkan, pihaknya tidak pernah segan melakukan pembinaan baik terkait promosi, pengemasan produk hingga proses produksi dan pemasaran. Bahkan jika sudah ada UMKM yang sudah siap melakukan ekspor, pihaknya akan membantu menghubungkan dengan Disperindag.
Poster Semarang introducing market 2016.
“Selama mereka masih belum mampu ekspor, mereka masih di bawah binaan kami. Total ada sekitar 11 ribu UMKM di Kota Semarang,” tukasnya.
Salah seorang peserta pameran Widyarini dari komunitas Lokapita yang membuat sulam pita untuk baju, tas dan lain-lain mengakui pentingnya SIM dalam promosi produk-produk mereka. Pasalnya, tidak banyak even serupa yang dapat dimanfaatkan perajin.
“Apalagi sulam pita ini merupakan komunitas yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga yang daripada nganggur di rumah, lebih baik berkreasi dan alhamdulilah hasilnya cukup baik,” tuturnya.
Diakuinya komunitasnya kini sudah mendapat pesanan sekurangnya 100 buah tas per bulan untuk dikirim ke Surabaya. Itu belum terhitung pesanan dari daerah lain, meski belum dilakukan secara rutin.
Meski demikian, kini ibu-ibu di 37 kelurahan di Kota Semarang sudah dapat merasakan imbas positif dari mengikuti komunitas ini yakni menambah penghasilan untuk keluarga. Sekurangnya sudah ada 125 anggota yang kesemuanya merupakan ibu rumah tangga.
“Untuk pameran di berbagai kota dan luar pulau, kami melakukannya secara bergiliran jadi masing-masing anggota juga memiliki rasa percaya diri dalam memasarkan produk dan menjadi tenaga marketing bagi keberlangsungan sulam pita ini,” ujarnya seraya menyebut harga termurah produknya dari Rp 10 ribu hingga yang paling mahal mencapai Rp 500 ribu untuk tas dan gaun.
Ramekan…