Batik Kayu Krebet, Seni Batik dari Yogyakarta

Foto Topeng Kayu BatikLazimnya, batik ditorehkan di kain. Tapi di Krebet, batik tampil di lapis atas topeng-topeng kayu, barang rumah tangga, sandal, pisau dapur, hingga aksesori. Campuran seni handycraft dan kepiawaian membatik berlangsung di kerindangan pohon jati di dusun ini.

Krebet, Ini nama desa. Sebelumnya nyaris tidak terdengar dalam peta wisata Yokyakarta. Sebenarnya Krebet memang di luar Kota Jogja, meski masih masuk dalam provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya itu nama dusun di kawasan Desa Sendangsari, di kabupaten Bantul, sekitar 12 kilometer dari Yogyakarta.
Awalnya, kawasan Krebet adalah daerah bertanah kapur yang tandus di mana masyarakatnya mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Sayangnya, aktivitas pertanian hanya berlangsung musiman dan mengandalkan pengairan tadah hujan. Belakangan, warga setempat mengembangkan keahlian lain untuk membuat barang barang kerajinan dari kayu yang dibatik.

Kerajinan Batik Kayu

Nah, inilah yang mengubah wajah dusun Krebet. Kemampuan seni warga yang mengubah kayu menjadi handycraft berupa bentuk bentuk pahatan dan ukiran perabot rumah tangga hingga aksesoris atau perhiasan menjadi tahap pertama industri rumah tangga ini. Tahap kedua adalah membatik di atas benda benda tersebut. Benda benda yang dimaksud bisa berupa topeng kayu, miniatur binatang, selop wanita, pisau dapur, gelang, tempat tisu, nampan, patung patung dan sebagainya. “Kalau kami memproduksi sekitar 300 macam benda,” ujar Agus, 24, seorang pemuda pengrajin “batik kayu” di Krebet.

Gambar Wayang Batik

Agus adalah putra dari Anton Wahono, seorang pengrajin yang telah memulai usaha seperti itu di Krebet sejak tahun 1987. Usaha Anton, dengan label CV Sanggar Punokawan merupakan salah satu yang terbesar di Krebet. Mereka telah mendapat penghargaan dari pengembangan sektor usaha kecil menengah ini dari sebuah bank. Istri Anton sendiri menimpali bahwa awalnya kayu bisa didapat dengan mudah di Krebet, tetapi belakangan karena mulai banyak yang memproduksi, kayu mulai dipesan. Adapun kayu yang digunakan sebagai bahan dasar antara lain kayu sengon, pule dan mahoni. Hasilnya, kerajinan batik kayu ini bisa menghasilkan omset hingga ratusan juta rupiah. “Kami sering diikutikan pada acara pameran internasional atau undangan, difasilitasi oleh pemerintah daerah tentunya,” cerita Agus mewakili ayahnya. Untuk pasar domestik bagi usaha mereka bukan masalah, karena mereka sekarang sudah berorientasi ekspor, dibant dengan instrumen trading. Para perajin batik kayu itu sudah menembus pasar Asia, Eropa dan Timur Tengah.

Desain awal membuat batik kayu adalah membuat barangnya terlebih dahulu secara fungsional. Katakanlah membuat nampan atau baki. Maka bagian dapur kayu akan membuat pola potongan sebagai bagian dasar benda tersebut. Tentu saja ini tidak dibuat satu per satu melainkan berdasarkan perhitungan stok kayu, shingga bisa jadi dibuat 30 baki sekaligus umpamanya. Seperti halnya handycraft lainnya, baki tersebut diselesaikan bentukan, termasuk pengikat pengikatnya yang terbuat dari bambu. Setelah barangnya jadi maka proses pembatikan dimulai. Menurut Agus, salah satu yang rumit dari pembatikan kayu adalah ukuran canting yang bisa lebih kecil, umpamanya untuk menciptakan titik titik pada topeng atau tekstur tubuh hewan. Dan itu tidak mudah dan harus teliti. Bahkan boleh dibilang sulit. Jadi boleh dikata dikerjakan oleh “seniman profesional”.

Adapun kebanyakan motif yang dipakai di pembatikan kayu di Krebet adalah motif parang rusak, parang barong, kawung, garuda, sidorahayu, hingga sidomukti. Sedangkan untuk pengerjaannya pihak Sanggar Punokawan memberikan kesempatan kepada para pembatiknya untuk membatik di rumah dengan tenang. Namun demikian usaha pembatikan mereka masih melakukan semacam “quality control” di sanggar. Hasil yang dijual di sanggar ini bervariasi, dari mulai Rp 5.000-an hingga Rp 5 juta.

Kemampuan seni warga yang mengubah kayu menjadi handycraft berupa bentuk-bentuk pahatan dan ukiran perabot rumah tangga hingga aksesori atau perhiasan menjadi tahap pertama industri rumah tangga di Desa Sendangsari.

Hingga saat ini, Krebet menjadi sentra kerajinan batik kayu yang terkenal di Yogyakarta. Di dusun ini juga tersedia fasilitas homestay bagi wisatawan yang ingin tinggal merasakan atmosfer pedesaan, jauh dari hiruk pikuk kota dengan tarif Rp 50 ribu hingga 100 ribu rupiah per malam. Sekaligus mereka dapat ikut belajar membatik kayu di situ. Kelebihan batik kayu di Krebet dibandingkan dengan di tempat lain lebih halus serta warnanya lebih cerah. Karena pengalaman yang sudah lama serta cara pewarnaan yang lebih tepat.

Masih dikelilingi hutan jati yang teduh dan menyenangkan, Krebet sekarang sudah menjadi desa wisata. Setiap tahun digelar tradisi “Merti Dusun” dengan mengarak gunungan dan berbagai “ubo rampenya” keliling dusun. Untuk liburan seraya menambah pengetahuan akan kesenian yang kaya ini, Krebet boleh dicoba.

[Batik Air Magz Juni 2013, Teks A Gener Waluku, Foto Makhfudz Sappe]

Author: Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *