Ingatkah anda dengan jajanan khas betawi? Yang biasanya banyak di jajakan secara masal saat PRJ berlangsung? Kerak telor sekarang dapat anda jumpai di Semarang, biasanya para penjual kerak telor mangkal di pinggiran Matahari Departemen Store atau di depan Eplaza. Yang kemarin aku jumpai adalah Ibu Kus, salah satu dari sekian banyak penjual kerak telor yang mencoba bertahan di Semarang.
Bu Kus memang asli Semarang, sedangkan suaminya pak Joni orang asli Jakarta. Mulanya mereka tinggal di Jakarta sambil berjualan kerak telor, tetapi karena tuntutan ekonomi mendesaknya untuk kembali ketanah kelahiran bu Kus yakni Semarang. Saat itu pak Joni yang belum mendapatkan pekerjaan mencoba berjualan kerak telor bersama bu Kus istrinya. Pada bulan – bulan pertama usaha kerak telor masih belum bisa menjadi pegangan karena warga Semarang tidak banyak yang tahu tentang makanan khas Jakarta ini, tetapi bulan beganti bulan bu Kus mulai mendapatkan langganan yang pada awalnya merupakan para pembeli yang hanya ingin coba – coba, tenyata kerak telor pun bisa dinikmati oleh warga Semarang, atau tekadang pembelinya adalah orang asli Jakarta yang sekarang tinggal di Semarang. Rasanya seperti kembali ke Jakarta tempat asalnya saat mereka menikmati kerak telor buatan bu Kus.
Dalam sehari bu Kus mendapatkan 40.000 – 50000 rupiah jika hari itu tak mendapat banyak pembeli, tetapi jika usahanya laris pendapatannya bisa mencapai 100.0000 rupiah permalam. Setiap hari bu Kus mengelar dagangannya dari pukul 16.00 – 22.00, hari Minggu pun dia gunakan untuk mengais rejeki tetapi ditempat lain tepatnya didepan gudeg bu Sri jalan Ki Mangun Sarkoro, dengan membayar restribusi sebesar 3000 rupiah, di Minggu pagi ini pendapatan bu Kus bisa berlipat ganda mencapai 250.000 rupiah. Padahal hanya berjualan dari pukul 6.00 – 10.00.
1 porsi kerak telor dihargai bu Kus 15.000 rupiah untuk yang 1 telur dan 20.000 rupiah untuk yang 2 telur. Bahan – bahan yang biasa digunakan adalah telur bebek dan telur ayam, srundeng, bawang goreng, abon, dan bubuk rempah. Proses memasaknya menggunakan arang khusus yaitu arang kelapa karena panas yang dihasilkan lebih panas sehingga dapat matang merata.
Kendala yang biasa dihadapi oleh bu Kus datang saat hujan tiba, karena pembeli enggan turun dari mobil karena banjir dan hujan. Sekarang bu Kus menetap di jalan Hasanudin bersama 2 orang anaknya yang berumur 3 tahun dan 7 tahun, serat bersama dengan suaminya yang telah bekerja sebagai tukang reparasi AC di daerah Mataram. [MySemarang.com 18 Mar 2012 – Wayback Machine Archived]