Legenda Ketekunan di Telaga Warna Dieng
[Telaga Warna – Foto @anto_ceemoth / instagram]
Ada berbagai versi cerita legenda terbentuknya Telaga Warna Dieng. Telaga warna yang dipercaya sebagai tempat mandi para bidadari. Lantaran telaga itu berada di dataran tinggi Dieng dengan ketinggian 2200 mdpl. Masyarakat mempercayai tempat tinggi dekat dengan kayangan. Sehingga telaga itu dianggap sebagai tempat bidadari bermain-main air.
Versi lain bercerita tentang cincin bangsawan yang amat sakti. Warna warni air telaga yang berubah-ubah, hijau keemasan, biru hingga merah, dianggap sebagai luruhan warna cincin bangsawan yang terlempar ke tengah telaga. Namun, ada versi lain lagi yang dapat diambil nilai moralnya.
Seorang ratu penguasa samudera emiliki putri cantik yang telah dewasa. Kecantikannya amat terkenal, hingga menarik dua ksatria tampan untuk meminangnya. Sang Ratu kebingungan saat harus memilih salah satu. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat sayembara bagi keduanya, membuat telaga. Yang tercepat adalah pemenangnya, dengan ganjaran memperistri putri ratu.
Perlombaan dimulai. Terciptalah Telaga Menjer yang lebih cepat selesai dan Telaga Pengilon yang selesai belakangan. Sesuai syarat, maka ksatria pembuat telaga tercepat itulah yang menikah dengan sang putri.
Dalam hitungan hari usai pernikahan, Sang Ratu bersama putrinya berkunjung ke Dieng. Mereka menikmati panorama Dieng dan melihat dua telaga. Usai melihat telaga itu, Sang Ratu tahu bahwa telaga buatan menantunya tidak lebih bagus dari telaga buatan ksatria lain, kendati selesai lebih cepat. Airnyapun beriak dan tidak tenang.
Telaga buatan ksatria lain lebih indah, airnya jernih dan tidak beriak, meski selesai lebih lama. Iapun menyadari ketekunan dan kesungguhan yang dipunyai ksatria lain itu. Sang Ratu lantas membatalkan pernikahan putrinya, dan menikahkannya dengan ksatria pembuat telaga yang lebih indah.
Ratu dan putrinya menyukai Telaga Pengilon dan mandi di sana. Mereka menaruh baju di ranting pohon. Angin lantas menerbangkannya dan jatuh ke telaga lain di samping Telaga Pengilon. Seketika, air telaga itu berubah menjadi berwarna warni. Hijau keemasan, biru dan merah.
Yang sebetulnya, warna warni air di Telaga Warna itu merupakan pengaruh pantulan dari langit, kadar belerang dalam air telaga yang terkena sinar matahari, juga ganggang yang tumbuh di dasar telaga.
Menikmati Telaga Warna dapat dilakukan dengan dua cara. Yakni dari dekat, di lokasi sejajar dengan telaga. Atau dari ketinggian, di bukit-bukit yang ada di sekeliling telaga. Kedua cara itu sama-sama menawarkan keindahan tersendiri.
Dari perbukitan, Telaga Warna tampak seperti genangan besar yang memantulkan bayangan dari sekeliling, juga bayangan awan di langit. Warna warni airnya lebih terlihat jika dipandang dari atas. Telaga Pengilon yang jernih di sebelahnyapun juga tampak indah dari atas. Ada batu pandang di bukit yang tak begitu tinggi di dekat Telaga Warna.
Sedangkan, menikmati Telaga Warna dari bawah, sejajar dengan telaga, akan dapat menikmati nuansa misty. Terlebih jika kabut tengah turun. Berjalan di tepi telaga, seperti berjalan di bibir pantai. Namun tepi telaga tak bisa sepenuhnya dilewati, lantaran masih tertutup semak.
Jalur Menuju Telaga Warna
Telaga Warna Dieng berada di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo. Dari pusat kota Wonosobo berjarak sekitar 25 km ke arah utara melintasi jalur Wonosobo – Dieng. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Bukit Sikunir. Petunjuk arah sangat jelas di sana. Tiket masuk ke sana hanya Rp 7.500 saja per orang.
Di sekitar Telaga Warna, banyak terdapat goa yang seringkali dijadikan tempat meditasi oleh orang-orang yang memiliki kepercayaan tersebut. Diantaranya Goa Semar, Goa Sumur dan Goa Jaran.
Goa Semar sendiri dikenal sebagai tempat pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Sementara Goa Sumur, memiliki mata air yang dinamakan Tirta Perwita Sari. Artinya mata air kehidupan. Goa Jaran yang berarti goa kuda. Dianggap sebagai perlambangan nafsu liar kuda. Manusiapun memiliki sebagian nafsu liar tersebut yang harus bisa dikendalikan.
Jika ingin merasakan hawa dingin layaknya di Eropa, bisa menginap di homestay di sekitar lokasi. Harganya relatif terjangkau. Makan rumah makan yang ada di dekatnyapun juga relatif murah. (*)