Keberadaan enceng gondok sebagai gulma air, banyak menimbulkan masalah. Daya hidup dan perkembangannya yang cepat menjadi ancaman kelestarian dan fungsi perairan seperti waduk, rawa, danau hingga sungai.
“Salah satu contohnya di Rawa Pening, Ambarawa. Dengan luas 2.500 hektar, 70 persen permukaannya telah ditumbuhi enceng gondok dengan sedimentasi 800 kilogram per hari atau 780 ton per tahun. Jika hal tersebut terus dibiarkan, diperkirakan pada tahu 2021 Rawa Pening akan jadi daratan,” papar dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Undip Dr Anis Muktiani MSi, saat ditemui di Kampus FPP Undip Tembalang, Jumat (3/10).
Melihat permasalahan tersebut, Anis bersama dosen FPP Undip lainnya yakni Dr Eko Pangestu MP, serta menggandeng peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Komang G Wiryawan dan Ir Budi Utomo MP dari BPTP. Tim tersebut mencoba melakukan penelitian dengan memaksimalkan pemanfaatan enceng gondok, dengan cara dibuat silase pakan ternak komplit atau pengawetan bahan pakan melalui fermentasi.
“Setelah kita teliti, kandungan nutrien enceng gondok sama dengan rumput gajah, yakni protein kasar 10-14 persen, serat kasar 32-47 persen, lemak kasar dan kadar abu sekitar 7-12 persen. Namun karena enceng gondok memiliki kadar air yang tinggi maka untuk mencegah agar tidak cepat busuk, perlu pengolahan dalam memanfaatkannya sebagai pakan ternak,” lanjut Anis.
Pembuatan silase pakan komplit sendiri cukup mudah, pertama tama, enceng gondok ditiriskan sekurang kurangnya sehari semalam, sebelum kemudian dicacah. Selanjutnya dilakukan pencampuran dengan komposisi dua enceng gondok dengan satu konsentrat. “Jadi kalau enceng gondoknya 100 kg, konsentratnya 50 kilogram. Konsentrat ini memiliki kandungan protein sekurang kurangnya 13 persen. Selain itu juga ditambah tetes tebu sekitar 1 – 2 persen,” tambah Anis lagi.
Campuran tersebut kemudian diperam sekurang kurangnya 2 minggu dalam wadah kedap udara seperti drum, atau kantung plastik dengan tingkat kepadatan 600 kilogram per meter kubik, Setelah itu, pakan dari olahan enceng gondok pun siap digunakan.
“Kita lakukan penelitian hampir dua tahun, dari percobaan yang dilakukan pada penggemukan domba tahun 2013 dan sapi potong pada tahun 2014, didapatkan pertambahan bobot badan pada sapi dan domba sangat baik, yakni 90-110 gram per hari pada domba dan 0,8 – 1,3 kilogram per hari pada sapi potong,” lanjut Eko Pangestu.
Tidak hanya itu, Eko mengungkapkan silase pakan komplit ini memiliki beberapa keunggulan lainnya yakni murah, bahan baku mudah didapat, dapat disimpan sebagai cadangan pakan dalam waktu yang cukup lama, mudah pemberiannya sekaligus menghema tenaga. “Dengan pemanfaatan enceng gondok ini, kita harapkan dapat menyelamatkan Rawa Pening dan perairan lainnya di Indonesia dari ancaman pendangkalan,” pungkasnya. [Semarang, 04 Oktober 2014]