Wisma Perdamaian
Berada di bundaran Tugu Muda, tepatnya dengan alamat Jalan Imam Bonjol No 209 Semarang, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Wisma Perdamaian memiliki luas lahan kompleks +- 15.000 m2 dengan luas total bangunan + 6.500 m2. Gedung Wisma Perdamaian ini merupakan revitalisasi Eks Kompleks APDN, yaitu bangunan kuno yang merupakan aset Pemda Propinsi Jawa Tengah yang patut dilestarikan. Setelah direvitalisasi gedung ini menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah menggantikan Puri Gedeh, namun dalam perjalanannya Gubernur Jawa Tengah memilih Puri Gedeh sebagai rumah dinasnya, dan menggunakan Gedung Wisper, Wisma Perdamaian ini sebagai kegiatan pemerintahan provinsi.
Sejarang bangunan: Bangunan ini dirancang oleh Nicolaas Harting yang menjadi Gubernur pantai Utara Jawa, pada tahun 1754. Hingga tahun 1761 difungsikan sebagai Gauvernenur van JAva’s Noord-Oostkust. Dan sempat diebut sebagai De Vredestein atau istana Perdamaian. Juga pernah sebagai tempat tinggal residen Semarang. Saat itu lapangan di depan De Vredestein ini masih dinamakan Wilhelmina Plein. Di Gedung ini Rafels pernah singgah dan berdansa dengan istri pertamanya Olivia Marianna. Pada tahun 1978, bangunan ini digunakan oleh APDN. Pada tahun 1980 digunakan untuk Kantor Sosial dengan terakhir untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah tahun 1994. Sekarang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, menggantikan Puri Gedeh.
Tampilan bangunan ini banyak mengalami perubahan. Hingga pertengahan abad ke 19, masih berupa bangunan tunggal 2 lantai yang berarsitektur jklasik dan disirikan dengan adanya pilar pilar rangkap dengan kapitel berornamen dan bermotif bunga. Pada masa ini, diduga terdapat courtyard/ portico. Cornice dengan ornamen berupa moudling/list yang terdapat pada seluruh tepi dinding, baik pada pertemuan dengan atap maupun pada garis lantai 2. Menjelang abad ke 20, ditambahkan serambi bangunan di samping kanan dan kiri, serta atap diubah menjadi limasan penuh. Diduga pada saat itu courtyard ditutup. Pada tahun 1940-an, ditambah serambi beratap pada bagian depan bangunan, serambi ini sekaligus sebagai balkon pada lantai duanya. Pada awal abad ke -20, bangunan samping dibongkar, kemudian ditambahkan tritisan/ luifel gantung dengan rangka besi yang berpenutup seng. Tahun 1970-an ditambahkan lagi bangunan 2 lantai di bagian belakang dari kiri bangunan induk, yang kemudian digunakan untuk APDN. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1978, dengan mengganti luifel gantung menjadi plat dan konsol beton dengan banyak ornamen ukiran; serta mengganti daun pintu dan jendela dengan bahan baru; termasuk pula membuat tangga layang pada ruang depan. [Sumber: www.semarang.go.id]