Pasar Imlek Semawis, Wujud Akulturasi Budaya Tionghoa – Jawa

Keberadaan Pasar Imlek Semawis menjadi wujud akulturasi budaya Tionghoa – Jawa, khususnya di Semarang. Kehadiran Pasar Imlek Semawis tidak bisa terlepas dari perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Mereka yang menggagas Pasar Semawis, atau dikenal juga sebagai Waroeng Semawis.

Ketua Kopi Semawis Harjanto Halim“Ini merupakan bentuk akulturasi budaya yang ada di Semarang. Tidak ada pembedaan antara etnis Tionghoa, etnis Jawa ataupun etnis yang lain. Kita sama, menjadi warga negara Indonesia'” papas ketua Kopi Semawis Harjanto Halim.

Lewat Pasar Imlek Semawis, ada berbagai hal yang ingin disampaikan salah satunya mengubah pandangan masyarakat. “Dulu, mungkin orang Tionghoa masih belum familiar dengan yang namanya batik. Namun kita lalu memperkenalkan batik di setiap kesempatan. Hasilnya sekarang bisa dilihat, sudah banyak yang mengenalnya bahkan memakainya,” paparnya.

Dirinya menambahkan Kopi Semawis selalu berusaha dalam barisan penjaga budaya bangsa dan tidak hanya terbatas pada Pecinan saja. Jika 10 tahun pertama penyelenggaraan Pasar Imlek Semawis selalu menampilkan batik, maka 10 tahun ke depan pihaknya ingin memperkenalkan wayang kepada generasi penerus.

Wayang bukan hal yang baru bagi etnis Tionghoa dan Jawa, di masa lalu musik gamelan bahkan dimainkan secara berkala di Kelenteng Marga Tan di Kampung See Ong (Sebandaran II). Keluarga elit Semarang pada masa itu juga pergi ke Pecinan untuk menonton Langendriyan. Selain itu sejumlah besar Pecinan di masa itu juga memiliki seperangkat Gamelan, demikian juga dengan perkumpulan sosial Boen Hian Tong yang sekarang dikenal sebagai Rasa Dharma.

Sejak dahulu, keharmonisan itu terus terjaga. Dan tugas generasi sekarang untuk menjaga keharmonisan yang sudah berjalan puluhan bahkan ratusan tahun tersebut. Adalah pasar malam di daerah pecinan Kota Semarang, Pasar Semawis bermula dengan diadakannya Pasar Imlek Semawis, menyusul diresmikannya Tahun Baru Imlek sebagai har libur nasional di Indonesia.

Buka setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu malam di sepanjang jalan Gang Warung, Pecinan Semarang. Pasar Semawis menyajikan beraneka ragam hidangan yang bisa pilih bersama keluarga mulai dari pisang plenet khas Semarang, nasi ayam, es puter, kue serabi, aneka sate, bubur kacang hingga menu menu steamboat yang menarik untuk dicicipi. Pusat jajanan terpanjang di Semarangini buka mulai jam 6 sore hingga tengah malam. [Wawasan, Sabtu 08 Maret 2014

Author: Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *