Lapak Seni Raden Saleh, Guyubnya Warga TBRS
TAMAN Budaya Raden Saleh setiap hari menjadi terminal manusia dari berbagai profesi. Dari seniman, mahasiswa, aparat Negara, hingga pekerja swasta. Ada yang datang dengan niat latihan teater, musik, dan tari, tapi banyak juga yang sekadar nongkrong, ngopi atau menghabiskan hari.
Tidak ada yang salah dan sejauh ini semua berjalan baik-baik saja. Namun fakta bahwa setiap hari ratusan manusia itu beraktifitas di tempat yang sama, terasa ada satu yang mengganjal. Yakni, mayoritas dari mereka tak saling menyapa. Lebih ironis lagi, mereka bukan saja tak saling kenal satu sama lain, tapi juga tak mengenal lingkungan tempat nongkrongnya.
Berpijak dari kebutuhan untuk guyub itulah, digagas suatu acara yang melibatkan seluruh entitas TBRS. Setiap pelakunya menyumbangkan apa saja sesuai kemampuan dan kemauannya.
Ilustrasi: Kegiatan seni Rebo Legen.
Kegiatan Lapak Seni Raden Saleh resmi dimulai Minggu (26/10) dengan Resik-Resik Sendang yang terletak di pojok belakang Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Keberadaan sendang berair jernih di pojok belakang TBRS itu selama ini tak banyak diketahui orang. Dengan membersihkan sumber kehidupan tersebut, diharapkan akan timbul kesadaran dan penghargaan yang lebih pada alam dan kemanusiaan.
Reresik yang dipimpin Seniman Teater Widyo Leksono Babahe Reresik itu dilakukan sebelum pelaksanaan nyadran. Menurut Babahe, selama ini keberadaan sendang tak banyak diketahui orang. “Ironisnya, seringkali pemilik warung di dalam TBRS bertengkar rebutan air, padahal tak jauh dari mereka terdapat air jernih melimpah ruah,” katanya.
Minggu malam, acara dilanjutkan dengan panggung musik dari dua komunitas musik Semarang. Yakni Komunitas Lumpia Musik dan Semarang Reggae Community.
Hari kedua, Senin (27/10) malam giliran komunitas sastra dan teater Semarang unjuk gigi. Diantaranya yang sudah memastikan tampil ialah Wayang Tenda Nandang Wuyung, Performance Art Teater Beta dan pembacaan puisi Wikha Setiawan.
Hari Ketiga, Selasa (28/10) pagi akan dilaksanakan upacara sumpah pemuda. Upacara dengan cara dan sumpah yang berbeda dengan yang selama ini ada. Dilanjutkan malamnya dengan Rebo Legen Gaul bertema “Gerdu Nglindur”. Rebo Legen kali ini akan berbeda, karena selain ada geguritan dan tembang-tembang dolanan Jawa juga diisi dengan sarasehan bersama salah satu staf Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Selama tiga hari gelaran itu juga diisi lapak-lapak seni dari belasan komunitas kesenian. Diantaranya, pameran karya seni siswa SMP 17 Semarang, SMA 2 Semarang, dan SMA Sedes Sapientae. Pameran karya patung dan topeng dari Komunitas Kandang Gunung, pameran lukisan Komunitas Raden Saleh, seni tato Komunitas Akar Asem, keramik Mbah Prapto, wayang Sobokartti, buku Babahe, instalasi art Bayu Tambeng, dan barang-barang antik.
Lapak Seni Raden Saleh ini digagas komunitas seni dari berbagai disiplin. Yakni Komunitas Anggernggon, Serawung Teater Semarang (Serat Semar), Forum Komunikasi Teater Semarang (Fotkas), Dewan Kesenian Semarang (Dekase), Aproduction, Cah Forum, dan Bandungan Water Park.
Semuanya sepakat bergabung dalam Guyub Warga TBRS.(*)
Berikut jadwal lengkap Lapak Seni Raden Saleh:
Minggu, 26 Oktober 2014.
09-15: Resik-Resik Sendang
15-17: Nyadran Sendang
10-22: Lapak pameran seni
19-23: Panggung Musik
Senin, 27 Oktober 2014.
10-22: Lapak Pameran Seni
19-23: Panggung Budaya
Selasa, 28 Oktober 2014.
10-22: Lapak Pameran Seni
09-10: Upacara Sumpah Pemuda
19-23: Rebo Legen Gaul X-5 “Gerdhu Nglindur”.
Lapak Seni Raden Saleh Diselenggarakan oleh Guyub Warga TBRS
Sekretariat: Warung Mbak Maret TBRS, Jl Sriwijaya No. 29 Semarang.
CP: Ibrahim Bra 088806296553, Anton Sudibyo 081325343556, Babahe 085842855651.