Ekonomi Jawa Tengah di Tengah Tantangan Domestik Global
Pada awal bulan November 2014, BPS Jateng merilis angka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III tahun 2014. Perekonomian Jawa Tengah tumbuh sebesar 5,4% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,2% (yoy).
Peningkatan perekonomian ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi pemerintah meningkat secara signifikan dari 0,8% (yoy) menjadi 5,3% (yoy) yang didorong oleh membaiknya realisasi belanja APBD.
Sementara konsumsi rumah tangga juga mengalami peningkatan walaupun tidak setinggi konsumsi pemerintah, yakni dari 5,1% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Namun demikian, perbaikan ekonomi daerah tersebut belum diikuti dengan membaiknya kinerja ekspor dan investasi. Sehingga membaiknya ekonomi pada triwulan III tahun 2014 masih bersifat terbatas.
Terbatasnya pertumbuhan ekonomi tersebut menjadikan tantangan perekonomian ke depan semakin meningkat. Pertumbuhan konsumsi yang tidak dibarengi dengan peningkatan produksi dapat mendorong terjadinya kenaikan harga barang. Terlebih dengan adanya pengurangan subsidi BBM yang sudah diumumkan oleh pemerintah pada 17 November 2014 perlu diwaspadai agar tidak memberikan dampak negatif bagi perekonomian Jawa Tengah.
Terkait dengan kondisi tersebut, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,75%, yang berlaku efektif sejak 19 November 2014. Kenaikan BI Rate dilakukan guna memastikan bahwa tekanan inflasi pasca penyesuaian subsidi BBM dapat terkendali dan segera kembali pada sasaran inflasi yang ditetapkan.
Sampai dengan bulan Oktober tahun 2014, inflasi Jawa Tengah masih terkendali dan berada dalam tren menurun, yakni dari 7,98% (yoy) di akhir tahun 2013 menjadi sebesar 5,00% (yoy).
Kenaikan BI Rate juga dipandang perlu untuk menjaga kestabilan perekonomian. Hal ini terlihat dari perekonomian pasca kenaikan BI Rate di periode sebelumnya yang masih dapat tumbuh diikuti dengan kestabilan harga dan nilai tukar. Sehingga Bank Indonesia meyakini kenaikan BI Rate tersebut tidak memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi nasional maupun Jawa Tengah.
Belum pulihnya perekonomian negara – negara mitra dagang Jawa Tengah juga menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian daerah. Pada triwulan III, ekspor masih menunjukkan perlambatan. Di sisi lain, impor diperkirakan akan mengalami kenaikan sejalan dengan kebutuhan impor barang modal untuk produksi.
Peningkatan impor luar negeri maupun impor antar daerah Jawa Tengah sudah terjadi di triwulan III 2014. Peningkatan impor luar negeri tersebut sebagian besar merupakan impor migas, sementara impor luar negeri non migas menunjukkan perlambatan. Hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan pemenuhan konsumsi nonmigas dari dalam negeri. Dari sisi lain, kinerja sektor utama daerah yakni industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mengaami kinerja yang membaik. Sementara sektor pertanian Jawa Tengah menunjukkan perlambatan.
Dukungan pembiayaan perbankan masih cukup baik dan masih mengalami pertumbuhan, meskipun perlambatan terjadi pada indikator -indikator kinerja utama perbankan di Jawa Tengah. Pertumbuhan kredit pada triwulan III mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan II, yakni sebesar 13,56% (yoy) pada triwulan III dan 15,96% (yoy) pada triwulan II. Penyaluran kredit berdasarkan penggunaan secara keseluruhan juga mengalami perlambatan.
Sementara itu, kelancaran sistem pembayaran, baik tunai maupun non tunai mencerminkan dukungan terhadap kegiatan ekonomi Jawa Tengah yang juga masih positif walaupun cenderung melambat. Di sisi anggaran Pemerintah Provinsi, persentase realisasi belanja sampai dengan triwulan III menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut, perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV tahun 2014 diperkirakan masih mengalami pertumbuhan walapun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Faktor penopang perekonomian terkait dengan potensi perbaikan ekspor manufaktur, seiring dengan membaiknya ekonomi negara mitra dagang utama (Amerika Serikat dan ASEAN).
Investasi juga diperkirakan meningkat pada triwulan IV tahun 2014 berdasarkan hasil survei dan liaison terhadap perilaku usaha. Survei tersebut mengindikasikan bahwa pelaku usaha tetap melakukan investasi yang sebagian besar dialokasikan untuk menjaga proses produksi melalui penggantian mesin-mesin lama. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan optimalisasi investasi pada triwulan IV yang berupa peningkatan infrastruktur daerah terkait dengan tahun infrastruktur. [ Adv Bank Indonesia]