Railway Mountain Tour, Wisata Dengan Kereta Tua

Menikmati keindahan alam pegunungan tentu terasa mengasyikkan, palagi jika dilakukan dengan menggunakan moda trasnportasi yang memiliki nilai sejarah. Railway Mountain Tour, merupakan sebuah paket perjalanan wisata dari Ambarawa – Bedono (Kabupaten Semarang) dengan menggunakan kereta api uap yang tidak hanya diminati oleh wisatawan lokal tetapi juga wisatawan mancanegara.

Meski saat ini orang lebih banyak menggunakan pesawat terbang saat bepergian, namun kereta api tetap menjadi primadona bagi sebagian mereka yang memang benar – benar ingin menikmati perjalanan. Apalagi rute yang dilalui sangat eksotik, pasti akan penuh dengan sensasi. Selain keretanya yang unik karena masih menggunakan mesin uap dengan bahan bakar kayu, anda juga merasakan langsung salah satu lembaran sejarah bangsa ini.

Kereta Api Uap Lokomotif B2502

Perjalanan kereta uap bergigi atau yang lebih terkenal dengan sebutan Rail wai mountain tour ini merupakan perjalanan wisata dari Ambarawa menuju Bedono yang membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 2 jam pulang pergi. Dulu, pada masa penjajahan Belanda, kereta ini digunakan pemerintah Hindia – Belanda untuk mengangkut pasukannya menuju Semarang, Jawa Tengah. Pasukan pasukan itulah yang kemudian memberikan goresan sejarah di Ambarawa.

Setelah udara kemerdekaan dapat dihirup, kereta – kereta tersebut awalnya hanya menjadi onggokan besi tua. Namun atas peran pemerintah setempat, dan beberapa komunitas pecinta kereta api akhirnya kereta ini bisa kembali dioperasikan. Tapi fungsinya tidak lagi mengangkut pasukan, namun mengangkut para wisatawan yang ingin melakukan napak tilas sejarah antara Ambarawa hingga Bedono, atau mereka yang sekadar ingin melihat gagahnya sang kereta tua yang masih sanggup melalui jalur menanjak maupun menurun.

Kereta api uap berbahan bakar kayu ini merupakan salah satu dari tiga kereta uap bergigi di dunia yang masih aktif, selain di Swiss dan India. Selama ini, PT KAI mengoperasikan kereta jenis ini melalui sistem sewa dengan biaya Rp 3.250.000,- per kereta untuk satu kali perjalanan pulang pergi. Sebagai informasi, dalam satu kali perjalanan kereta ini dapat mengangkut hampir sekitar 80 orang dan rute tidak terlalu jauh hanya sekitar 9 km. Tetapi karena rute yang terjal mendaki dengan kemiringan 30 derajad, maka untuk sekali perjalanan pergi atau pulang membutuhkan waktu hampir sekitar 1 jam.

Kepala Stasiun KA Ambarawa, Sudhono mengatakan pihaknya menyediakan 2 loko, yaitu B2502 dan E1060 yang siap mengantarkan wisatawan berkeliling dengan suasana kereta yang masih bergaya tempo dulu. Selain itu, pemandangan sepanjang perjalanan yang sangat mempesona yaitu barisan Gunung Ungaran, Merbabu dan hijaunya Rawa Pening pada bagian bawah tentu akan membuat perjalanan dengan menggunakan kereta jadul ini terasa menyenangkan.

Rute Perjalanan

Kereta diberangkatkan sesuai dengan pesanan dan biasanya untuk pemberangkatan pagi dimulai pukul 10.30 WIB. Sebelum berangkat, loko uap biasanya terlebih dahulu dipanaskan dan proses memanaskan tidak sebentar karena ada sekitar 2.000 liter air di dalam ketel uap yang harus dipanaskan mencapati suhu 235 derajat celsius agar dapat menggerakkan roda.

Perjalanan dari stasiun Ambarawa menuju stasiun Bedono akan diselingi dengan perhentian beberapa saat do Stasiun Jambu. Di stasiun ini lokomotif akan melakukan manuver, jika perjalanan dari Ambarawa lokomotif berada di depan, maka sesampainya di stasiun Jambu , lokomotif akan melangsir ke bagian depan. Artinya, jika awalnya posisi lokomotif menarik maka saat dari stasiun jambu lokomotif berperan sebagai pendorong, “Dengan dibalik, daya dorongnya lebih maksimal karena kereta akan melalui jalur yang menanjak,” ujar Sudhono.

Di Stasiun ini kereta api juga kembali mengisi air guna memenuhi ketel uap. Saat mengisi air, biasanya para penumpang menggunakan kesempatan ini untuk mengambil gambar sambil melihat lihat pemandangan. “Ini merupakan kereta bersejarah, dan belum tentu negara lain punya kereta semacam ini, makanya sayang kalau tidak diabadikan,” ujar seorang penumpang.

Dari stasiun ini atau kurang lebih 5 km lagi menuju Bedono, kereta akan menyusuri jalur yang semakin menanjak dengan kemiringannya mencapai 40 derajat. Posisi lokomotif yang pindah ke belakang memang disengaja agar di jalur menanjak ini kereta tidak turun. Selain itu jalur rel juga mulai bergerigi. Posisi roda bergerigi ini berada di tengah, di antara roda roda KA lain yang berbentuk normal. Keberadaan komponen yang satu ini di kereta tersebut sangatlah vital, Roda bergerigi tersebut bertugas mengait rel bergerigi di bawahnya, untuk menarik lokomotif dan kedua gerbong kayunya dari Stasiun Jambu menuju Stasiun Bedono.

Pemandangan di sepanjang rute dari Ambarawa menuju Bedono memang sangat sayang untuk dilewatkan. Rute berkelok di lingkungan pegunungan Ungaran, juga menjadi nilai lebih dari perjalanan ini. Tak heran jika tak hanya turis lokal yang tertarik, wisatawan mancanegara juga banyak yang sengaja datang dari negaranya untuk menyambangi Museum Ambarawa dan menjajal KA wisata bergerigi.

Kabarnya untuk pengembangan transportasi wisata ini, pemda setempat bersama para pelaku industri pariwisata berencana akan mengembangkan jalur kereta ini. Nantinya, kereta ini sebelum menuju ke Bedono akan singgah di Resort Losari Coffee Plantation, kebetulan di sana terdapat bekas bangunan stasiun Mayong, Jepara, yang kini dijadikan lobi untuk resort ini. Selain itu trip perjalanan dengan kereta uap ini kabarnya akan diperpanjang hingga Kota Semarang. Semoga moda transportasi ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Jawa Tengah. [Majalah TravelWan Edisi7 2009]

Kategori: Wisata .

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *